Pertemuan
4
Artikel
SUBNETTING
Subnetting adalah proses memecah
suatu IP jaringan ke sub jaringan yang lebih kecil yang disebut “subnet.”
Subnetting digunakan untuk memudahkan pengelola jaringan komputer (system
Administrator, Network Administrator, maupun pengguna biasa) dalam mengelola
jaringan, melakukan alokasi IP Address untuk setiap ruangan dan gedung sesuai
dengan kebutuhan. Proses subnetting sendiri dilakukan dengan menggunakan nilai
CIDR seperti yang disebutkan sebelumnya.
CIDR
(Classless Inter Domain Routing)
CIDR atau Classless Inter Domain
Routing merupakan sebuah proses sebagai solusi untuk mengefisiensi dalam
pengalamatan alokasi IP Address yang dilakukan pada pengkelasan IP Address yang
ada. CIDR juga dapat memungkinkan IP Address pada suatu kelas dapat menampung
jumlah seperti kelas lainnya apabila dalam implementasinya terdapat penyesuaian
atau penambahan host yang tidak terduga sebelumnya. Berikut adalah table CIDR
untuk keperluan Subnetting :
Subnetting adalah proses memecah
suatu IP jaringan ke sub jaringan yang lebih kecil yang disebut “subnet.”
Subnetting digunakan untuk memudahkan pengelola jaringan komputer (system
Administrator, Network Administrator, maupun pengguna biasa) dalam mengelola
jaringan, melakukan alokasi IP Address untuk setiap ruangan dan gedung sesuai
dengan kebutuhan. Proses subnetting sendiri dilakukan dengan menggunakan nilai
CIDR seperti yang disebutkan sebelumnya.
CIDR
(Classless Inter Domain Routing)
CIDR atau Classless Inter Domain
Routing merupakan sebuah proses sebagai solusi untuk mengefisiensi dalam
pengalamatan alokasi IP Address yang dilakukan pada pengkelasan IP Address yang
ada. CIDR juga dapat memungkinkan IP Address pada suatu kelas dapat menampung
jumlah seperti kelas lainnya apabila dalam implementasinya terdapat penyesuaian
atau penambahan host yang tidak terduga sebelumnya. Berikut adalah table CIDR
untuk keperluan Subnetting :
Tabel
3.1 CIDR Prefix untuk ketiga kelas IP Address
Subnetting IP Address Kelas C
Subnetting IP
Address kelas C merupakan kelas subnetting yang paling mudah, karena IP Address
kelas C hanya memiliki Host ID (Alamat Host) pada bagian terakhir IP
Addressnya. Contoh IP Address 192.168.2.1 maka angka 1 pada digit terakhir
adalah yang dimaksud dengan Host ID, sedangkan 3 blok angka sebelumnya adalah
Net ID atau Network ID (Alamat Jaringan).
Langsung ke tahap
perhitungannya, sebagai contoh, kita menganalisa IP Address 192.168.1.0/26 atau
dapat ditulis dengan 192.168.1.0 netmask 255.255.255.192 yang berarti IP
Address tersebut memakai prefix length /26 pada tabel CIDR. Langkah pertama
adalah merubah angka prefix tersebut menjadi 32 bit bilangan biner (IPv4
berjumlah 32 bit), maka akan menjadi 11111111.11111111.11111111.11000000 (tulis
angka 1 sebanyak 26 kali dengan pemisahan 8 digit, kemudian setelah mencapai
26, untuk memenuhi 32 bit maka isi angka 0). Setelah itu rubah 32 bit bilangan
biner tersebut kedalam bentuk decimal, maka akan diperoleh angka
255.255.255.192 . Subnetting sendiri akan terfokus kedalam 4 hal, diantaranya :
A. Jumlah Subnet =
2x , dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2
oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah
Subnet adalah 22 = 4 subnet.
B. Jumlah Host Per
Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari
0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62
host.
C. Blok Subnet =
256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64
+ 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192
D. Keterangan
Untuk Tiap subnetnya, data atau alokasi tiap subnet akan disajikan dalam bentuk
tabel :
Subnet :
Subnet
|
192.168.1.0
|
192.168.1.64
|
192.168.1.128
|
192.168.1.192
|
Host Pertama
|
192.168.1.1
|
192.168.1.65
|
192.168.1.129
|
192.168.1.193
|
Host Terakhir
|
192.168.1.62
|
192.168.1.126
|
192.168.1.190
|
192.168.1.254
|
Broadcast
|
192.168.1.63
|
192.168.1.127
|
192.168.1.191
|
192.168.1.255
|
Tabel 3.2 Keterangan hasil Subnetting prefix /26
Subnetting IP Address Kelas B
Subnetting IP
Address kelas B hampir sama dengan kelas C, hanya saja kelas B memiliki Net ID
pada 2 oktet pertama dan Host ID pada 2 oktet terakhir IP Address. Langsung
saja kepada contoh kasusnya, IP Address 172.16.0.0/18 dirubah menjadi 32 bit
bilangan biner untuk prefixnya menjadi 11111111.11111111.11000000.00000000 lalu
dirubah kedalam bilangan desimal menjadi 255.255.192.0 . dapat dihitung menjadi
beberapa subnet dan host :
A. Jumlah Subnet =
2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir.
Jadi Jumlah Subnet
adalah 22 = 4 subnet.
B. Jumlah Host per
Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari
0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382
host.
C. Blok Subnet = 256 – 192 = 64.
Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya
adalah 0, 64, 128, 192 . D. Keterangan Untuk Tiap subnetnya :
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.64.0
|
172.16.128.0
|
172.16.192.0
|
Host Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.64.1
|
172.16.128.1
|
172.16.192.1
|
Host Terakhir
|
172.16.63.254
|
172.16.127.254
|
172.16.191.254
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.63.255
|
172.16.127.255
|
172.16.191.255
|
172.16..255.255
|
Tabel 3.3
Keterangan Hasil Subnetting kelas B prefix /18
Subnetting
IP Address Kelas A
Selanjutnya untuk Subnetting kelas A
karena peruntukan daya tampung alokasi IP Address yang banyak, maka IP kelas A
memiliki Net ID pada oktet pertama, dan Host ID pada 3 oktet terakhir. Untuk
contoh kasusnya misalkan IP Address 10.0.0.0/16 . maka jika dirubah menjadi subnet
mask 32 bit bilangan biner akan menjadi
11111111.11111111.00000000.00000000
setelah itu dirubah kedalam bentuk desimal akan menjadi 255.255.0.0 dan
hasilnya akan menjadi :
A. Jumlah Subnet = 28 (perpangkatan
8 adalah jumlah angka 1 biner diambil dari oktet kedua sampai ke empat) = 256
subnet.
B. Jumlah Host per Subnet = 216
(perpangkatan 16 merupakan jumlah angka 0 biner diambil dari oktet kedua hingga
oktet keempat) – 2 = 65.534 host. C. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet
lengkapnya: 0,1,2,3,4, .. 255
D. Keterangan Untuk Tiap Subnetnya :
D. Keterangan Untuk Tiap Subnetnya :
Subnet
|
10.0.0.0
|
10.1.0.0
|
…
|
10.254.0.0
|
10.255.0.0
|
Host Pertama
|
10.0.0.1
|
10.1.0.1
|
…
|
10.254.0.1
|
10.255.0.1
|
Host Terakhir
|
10.0.255.254
|
10.1.255.254
|
…
|
10.254.255.254
|
10.255.255.254
|
Broadcast
|
10.0.255.255
|
10.1.255.255
|
…
|
10.254.255.255
|
10.255.255.255
|
CARA
MENGHITUNG IP ADDRESS, SUBNET MASK, DAN NET ID
Cara
menghitung IP Address, Subnet mask dan Net ID -
Subnetting adalah termasuk materi yang banyak keluar di ujian CCNA dengan
berbagai variasi soal. Juga menjadi momok bagi student atau instruktur
yang sedang menyelesaikan kurikulum CCNA 1 program CNAP (Cisco Networking
Academy Program). Untuk menjelaskan tentang subnetting, saya biasanya
menggunakan beberapa ilustrasi dan analogi yang sudah kita kenal di sekitar
kita. Artikel ini sengaja saya tulis untuk rekan-rekan yang sedang belajar
jaringan, yang mempersiapkan diri mengikuti ujian CCNA, dan yang sedang
mengikuti pelatihan CCNA 1.
Sebenarnya
subnetting itu apa dan kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab
dengan analogi sebuah jalan. Jalan bernama Gatot Subroto terdiri dari beberapa
rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki
tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot
Subroto.
Ketika rumah di
wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan
kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang,
rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua
RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan
optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge
sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti
di bawah:
Konsep seperti
inilah sebenarnya konsep subnetting itu. Disatu sisi
ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja
menjadi 3 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 15 komputer (host).
Disisi lain juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur
lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa
ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl Gatot Subroto dengan rumah disekitarnya
dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan
HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST
ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang
ada di network tersebut.
Masih mengikuti analogi jalan
diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah.
Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST
ADDRESS.
Terus apa itu SUBNET MASK?
Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi
jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang
berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua
itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl Gatot Subroto tanpa gang yang
saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT,
atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki
subnet (Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP
Address adalah sbb:
CLASS
|
OKTET PERTAMA
|
SUBNET MAS DEFAULT
|
PRIVATE ADDRESS
|
A
|
1-127
|
255.0.0.0
|
10.0.0.0-10.255.255.255
|
B
|
128-191
|
255.255.0.0
|
172.16.0.0-172.31.255.255
|
C
|
192-223
|
255.255.255.0
|
192.168.0.0-192.168.255.255
|
Perhitungan Subnetting
Setelah memahami konsep Subnetting
dengan baik. Kali ini saatnya anda mempelajari teknik penghitungan subnetting.
Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang
relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua
pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet,
Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah
dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya?
Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok
bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask
diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut
dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali
tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet
Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab
dengan tabel di bawah:
|
|
SUBNETTING PADA IP ADDRESS
CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan
saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26
?
Analisa:
192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti
11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti
sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan
berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat
host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
- Jumlah Subnet = 2x,
dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2
oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi
Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 2y –
2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada
oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
- Blok Subnet = 256
– 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64
+ 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64,
128, 192.
- Bagaimana dengan alamat host dan broadcast
yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama
adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet
berikutnya.
Subnet
|
192.168.1.0
|
192.168.1.64
|
192.168.1.128
|
192.168.1.192
|
Host Pertama
|
192.168.1.1
|
192.168.1.65
|
192.168.1.129
|
192.168.1.193
|
Host Terakhir
|
192.168.1.62
|
192.168.1.126
|
192.168.1.190
|
192.168.1.254
|
Broadcast
|
192.168.1.63
|
192.168.1.127
|
192.168.1.191
|
192.168.1.255
|
Kita sudah selesaikan subnetting
untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang
lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk
subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung
seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask
|
Nilai CIDR
|
255.255.255.128
|
/25
|
255.255.255.192
|
/26
|
255.255.255.224
|
/27
|
255.255.255.240
|
/28
|
255.255.255.248
|
/29
|
255.255.255.252
|
/30
|
SUBNETTING PADA IP ADDRESS
CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba
melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa
digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya
pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda
teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR
/17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok
subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang
“dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok
subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga
berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
|
|
Ok, kita coba dua soal untuk kedua
teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask
dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0
berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000
(255.255.192.0).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 2x,
dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah
Subnet adalah 22 = 4 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 2y –
2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2
oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
- Blok Subnet = 256
– 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi
subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
- Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.64.0
|
172.16.128.0
|
172.16.192.0
|
Host Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.64.1
|
172.16.128.1
|
172.16.192.1
|
Host Terakhir
|
172.16.63.254
|
172.16.127.254
|
172.16.191.254
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.63.255
|
172.16.127.255
|
172.16.191.255
|
172.16..255.255
|
Berikutnya kita coba satu lagi untuk
Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh
network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0
berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000
(255.255.255.128).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 29 =
512 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 27 –
2 = 126 host
- Blok Subnet = 256
– 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
- Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.0.128
|
172.16.1.0
|
…
|
172.16.255.128
|
Host Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.0.129
|
172.16.1.1
|
…
|
172.16.255.129
|
Host Terakhir
|
172.16.0.126
|
172.16.0.254
|
172.16.1.126
|
…
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.0.127
|
172.16.0.255
|
172.16.1.127
|
…
|
172.16.255.255
|
Masih bingung juga? Ok sebelum masuk
ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita
lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET
mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B
di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet
terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A
adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network
address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0
berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti
11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 28 =
256 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 216
– 2 = 65534 host
- Blok Subnet = 256
– 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
- Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
|
|
…
|
|
|
Host Pertama
|
|
|
…
|
|
|
Host Terakhir
|
|
|
…
|
|
|
Broadcast
|
|
|
…
|
|
|
Mudah-mudahan sudah setelah anda
membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting
dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini
pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu
di artikel berikutnya
Catatan: Semua
penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP
Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan
juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP
Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di
kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga
mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih
menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
Sumber
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar